|
Salah satu upacara adat yang besar, ramai dan unik. |
Upacara ini sebenarnya seperti inisiasi bagi gadis-gadis Buton yang akan beranjak dewasa. Semua gadis yang terlibat diwajibkan mengenakan pakaian adat, dengan konde (kelihatan lucu) menyerupai ulekan. Menggunakan pakaian adat menyerupai pakaian adat Sulawesi pada umumnya. Awalnya mereka berkumpul di lapangan berbaris membentuk lingkaran. Seorang perempuan separuh baya, berdiri di antara mereka untuk mendampingi sekaligus memberi petunjuk (Bhisa). Selanjutnya mereka digiring memasuki kamar kecil yang disebut Suo. (tempat inti upacara ). Mengawali upacara di suo, semua peserta harus menangis, bagaimana pun caranya. Beberapa wali perempuan mereka siap di suo untuk menyubiti agar tangis mereka bertambah kencang. Ini, menurut bhisa, sebagai cerminan hidup mereka bahwa mereka menyadari kesalahan yang telah terjadi dan bersedih karenanya. Mereka dikurung selama 7 hari 7 malam untuk diberi banyak wejangan oleh bhisa. Ini seperti rangkuman hidup bagi mereka.
Yang menarik adalah pada acara pemukulan gendang. konon, kalau gendang itu pecah, berarti ada gadis yang tidak perawan lagi di antara mereka. Di ruangan itu pula mereka melakukan banyak ritual, menggosok abu, tidur dengan berbagai arah, yang semuanya dilakukan tanpa mandi. Mereka ke kamar kecil hanyauntuk mengambil air wudhu,
0 komentar:
Posting Komentar
Terima Kasih Atas Komentar Anda